Hingga kini, banyak sumber daya yang terus dikerahkan oleh berbagai pihak guna mendukung para peneliti yang masih berkutat dalam upayanya menemukan obat HIV yang tidak sekadar mencegah maupun mengendalikan dampaknya pada penderita, namun menyembuhkan dan mengenyahkan virus licik ini dari tubuh.
Tantangan terbesar yang masih tak terkalahkan dalam dunia pengobatan HIV adalah membuat sistem kekebalan tubuh penderitanya mengenali virus tersebut dan menghancurkannya, mengingat virus licik ini berkembang biak dengan cara menyusup dan kemudian mengambil kendali fungsi sebuah sel guna mereplikasi dirinya.
Pada waktunya, sel awal yang disusupi virus HIV memang akan mati, tetapi sebelumnya sel tersebut sudah dimanfaatkan habis-habisan guna memproduksi ribuan partikel virus HIV yang baru.
Selanjutnya, partikel virus yang terbentuk akan segera menulari sel-sel lainnya, dalam hal ini sel T, bagian dari sel darah putih yang berperan penting dalam identifikasi dan pembasmian patogen dalam tubuh.
Akibatnya, terjadi penurunan drastis kadar sel T dalam tubuh penderita sehingga sistem imun tubuh penderita HIV menjadi sangat lemah.
Ya, sistem kekebalan penderita telah dibuat lumpuh! Inilah yang kemudian dikenal dengan AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome), yang membuat sang penderita menjadi mangsa empuk berbagai infeksi yang seharusnya bisa dilawan oleh sistem imun tubuh. Misalnya, infeksi virus influenza yang tergolong ringan bagi orang normal, dapat sangat mematikan bagi pengidap HIV.
Obat HIV Antiretroviral, Sulitnya Akses Obat dan Rumitnya Pengobatan
Di Indonesia, sejak tahun 2005, obat HIV ARV (antiretroviral) yang semula hanya bisa didapatkan dengan harga lima hingga sembilan juta rupiah per bulan, kini bisa didapatkan dengan harga mulai lima ratus ribu rupiah per bulan, bahkan beberapa bisa diperoleh secara gratis atas bantuan pemerintah.
Meski begitu, obat-obatan HIV yang ada saat ini masih dianggap mahal bagi mayoritas penderitanya, bahkan setelah harga diturunkan secara drastis.
Selain beban ini, penderita HIV yang menjalani terapi pengobatan ARV (terapi tiga serangkai obat) juga harus bolak-balik ke lemari es, tempat obat tersebut harus disimpan.
Tak hanya itu, terapi jenis ini akan semakin rumit dengan adanya tambahan obat-obatan lain bila sang penderita mengalami banyak infeksi akibat sistem imun tubuh yang lemah. Belum lagi fakta bahwa obat-obatan ini harus diminum pada waktu-waktu tertentu dengan dosis yang tepat.
Jangankan orang dengan kemampuan finansial yang minim, orang ‘berada’ yang mampu mengakses obat-obatan HIV tersebut pun, bisa jadi kewalahan dan lalai meminum obatnya akibat berbagai faktor, misalnya akibat padatnya aktivitas sehari-hari di kantor atau tidak ada orang di samping mereka yang secara khusus dapat membantu mengurus kebutuhan mereka sehari-hari.
Hal yang paling dikhawatirkan adalah apa yang menjadi dampaknya bila seseorang tidak meneruskan terapi ARV ini, diantaranya resistensi virus terhadap obat-obatan yang dikonsumsi, perkembangbiakan virus yang tak terkendali, mutasi virus, dan peningkatan resiko penularan pada orang-orang di sekitarnya.
Tentu saja, kemungkinan terjadinya dampak-dampak negatif tersebut pada penderita HIV di Indonesia sangat tinggi, dengan adanya faktor-faktor kendala di atas, terutama dalam kaitannya secara finansial.
Bisa dibayangkan berapa persen kemungkinan seorang penderita HIV di negeri ini—yang kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke bawah—yang dapat secara konsisten meneruskan pengobatannya?
Noni Juice, Alternatif Obat HIV—Akses Mudah dan Penggunaan yang Bersahabat
Pada prinsipnya, Noni juice bekerja dengan tujuan yang sama seperti pengobatan konvensional HIV yang ada saat ini, yakni menghambat perkembangan dan replikasi virus HIV dalam tubuh, menstimulasi dan mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh, serta mencegah maupun mengatasi infeksi yang terjadi akibat serangan virus.
Meski tidak mematikan virus sepenuhnya, setidaknya, obat HIV alami ini dapat menahan laju perkembangbiakan virus dalam tubuh dan mencegah perkembangannya menjadi AIDS, stadium akhir dari adanya virus ini dalam tubuh.
Mereka yang menggunakan Noni juice dapat menjadikan herbal yang juga dikenal dengan nama Mengkudu ini sebagai alternatif obat HIV yang lebih terjangkau mengingat masa pengobatan penyakit ini yang terbilang panjang. Penggunaannya pun mudah dan tidak rumit.
Meski begitu, ini tak berarti bahwa Anda harus berhenti menggunakan obat-obatan HIV konvensional jika memang akses obat tersebut mudah bagi Anda, karena Noni juice dapat digunakan bahkan ketika Anda masih menggunakan obat-obatan tersebut, misalnya untuk melindungi organ-organ tubuh Anda dari efek samping yang dihasilkan oleh penggunaan obat-obatan HIV dalam jangka panjang.
Tentu saja, hasil pengobatan akan jauh lebih efektif bila pengobatan dilakukan sejak tahap awal penyakit tersebut muncul. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sekitar 3 juta kematian yang diperkirakan terjadi akibat AIDS di tahun 2025 mendatang dapat dihindari dengan cara tersebut.
Karena itu, tidak ada salahnya bagi Anda yang sudah aktif secara seksual maupun pernah melakukan tindakan beresiko lainnya untuk melakukan pemeriksaan berkala guna mendeteksi keberadaan virus HIV dalam tubuh, meskipun belum ada gejala-gejala yang muncul.
Semakin awal virus tersebut terdeteksi, semakin cepat pula pengobatan dapat dilakukan, dan semakin tinggi pula harapan Anda untuk lolos dari dampak buruk AIDS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar